Sejarah Sablon Kaos

Sejarah Sablon Kaos

Sejarah Sablon Kaos

Sablon merupakan bagian teknik cetak yang pertama kali ditemukan di China. Selanjutnya Jepang dan negara – negara Asia lainnya mengadopsi metode cetak ini dan mengembangkannya dengan memadukannya menggunakan teknik cetak lainnya. Awalnya cetak sablon dikembangkan di Jepang untuk mencetak kimono yang merupakan ciri khas pakaian Jepang yang memiliki banyak motif. Hasilnya, kimono motif sablon mulai banyak digunakan oleh masysrakat Jepang.
Sablon Kaos pertama kali dikenal di Asia pada akhir tahun 1700an yang selanjutnya  beranjak ke negara Eropa Barat. Sablon kaos mulai dikenal sejak kain sutera mulai banyak digunakan di pasar. Sablon tersebut digunakan untuk menghias kain sutera.
Teknik sablon pada masa itu menggunakan chiffon sebagai pola untuk mencetak. Chiffon merupakan bahan rajut yang terbuat dari gasa atau kain saring. Gambar yang tercetak akan mengikuti pola gambar pada kain gasa. Itu sebabnya teknik tersebut dikenal dengan sebutan silk screen printing yang berarti mencetak dengan menggunakan kain saring sutra. Usai perang Dunia ke-2, teknik cetak saring terus berkembang pesat. Inovasi-inovasi terus dilakukan hingga memunculkan genre baru yaitu teknik cetak saring modern. Namun, teknik dasar yang di gunakan cetak saring tetap sederhana, murah, dan mudah untuk di praktekkan.
Sablon kaos pertama kali dipatenkan di Inggris oleh Samuel Simon pada tahun 1907. Awalnya, penyablonan digunakan sebagai metode untuk melakukan pencetakan pada kertas, dinding (wallpaper), pencetakan sprei, sutra, atau bahan – bahan kain lainnya yang memiliki kualitas tinggi.
Cetak sablon berkembang di  Amerika Serikat pada tahun 1924. Awalnya proses cetak sablon dilakukan di atas bahan tekstil.  Kemudian pada tahun 1946 MC Kornick dan Penney menemukan mesin cetak sablon.
Sablon selain sebagai alat cetak komersial, juga merupakan seni. Sekumpulan seniman sablon, mendirikan Perkumpulan Serigrafi Nasional (National Serigraphic Society). Istilah “Serigrafi” berasal dari bahasa Latin, yaitu “seri” (sutra), dan bahasa Yunani “graphein” (menulis atau menggambar). Serigrafi mulai dikenal pada tahun 1930, untuk membedakan antara para seniman yang berkarya di bidang seni yang menggunakan sablon, dengan mereka yang bergerak di bidang sablon industri komersial.
Seorang seniman dari Amerika bernama Michael Vasilantone, mengembangkan mesin sablon lebih dari satu warna serta mematenkannya pada tahun 1960. Mesin sablon tersebut diproduksi untuk mencetak logo dan tulisan-tulisan pengenal untuk baju-baju pada klub bowling. Paten yang diajukan oleh Michael Vasilantone dikabulkan oleh berbagai pengusaha. Pada akhirnya, mesin sablon  tersebut menjadi salah satu mesin paling populer dalam dunia industri penyablonan.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.